
Indonesia dan Jepang sepakat untuk bekerja sama dalam penyediaan pengemudi bus guna memenuhi kebutuhan di Jepang. Kesepakatan ini dicapai pada pertemuan antara KBRI Tokyo dan Meitetsu Bus Co., Ltd., Kamis, 25 September 2025.
Pada kesempatan tersebut, pimpinan Meitetsu Bus, Taki, dan direksi perusahaan melakukan kunjungan ke KBRI Tokyo. Mereka mendiskusikan peningkatan kerja sama terkait kebutuhan pengemudi di Jepang, menandakan besarnya kebutuhan tenaga ahli di bidang tersebut.
Harapan besar diungkapkan oleh Gina Aghnia Virginianty, Sekretaris II bidang Ekonomi KBRI Tokyo, bahwa kolaborasi ini akan membuka jalan bagi pengemudi bus dari Indonesia. “Kemitraan ini diharapkan memberikan manfaat bagi Jepang dan tenaga kerja Indonesia,”
ungkap Gina melalui siaran pers pada Senin, 29 September 2025.
Gina menjelaskan pentingnya perlindungan dan hak tenaga kerja Indonesia. Sementara itu, Taki menjelaskan bahwa untuk mendapatkan SIM bus di Jepang memerlukan waktu satu tahun setelah memiliki SIM mobil.
Meitetsu Bus saat ini mengoperasikan sekitar 1.500 bus dengan 3.000 karyawan di bawah tujuh anak perusahaan, beroperasi di Prefektur Aichi dan Gifu. Ini menekankan pentingnya kehadiran pengemudi terampil dari Indonesia.
Turut hadir dalam diskusi tersebut, Direktur Japan Indonesia Driving School Bowo Kristianto, bersama tiga pengemudi bus asal Indonesia yang telah bekerja di Meitetsu Bus dengan Visa Kegiatan Khusus (Tokutei Katsudō), menandai tahap awal menuju status Pekerja Terampil (Tokutei Ginō).
Seto Ramadhan Siswadi dari Klaten, Jawa Tengah, salah satu pengemudi yang mulai bekerja di Meitetsu Bus pada Agustus 2025, mengungkapkan rasa syukurnya. “Senang dapat ikut program ini. Tentu ada tanggung jawab besar membawa angkutan umum di Jepang,”
tambah Seto.
Seto menjelaskan dirinya terlibat dalam program tersebut melalui pendaftaran di Lembaga Pendidikan Khusus (LPK) dengan SIM A dan kemampuan bahasa Jepang level N3. Setelah melalui proses seleksi selama tiga bulan dan pengurusan dokumen, ia diberangkatkan ke Jepang untuk melanjutkan proses hingga mendapatkan SIM bus.
Di Jepang, prosesnya termasuk tes tertulis dan praktik, serta pemahaman lengkap atas rambu lalu lintas dan regulasi lokal. “Kami ikut sekolah teori selama minimal 3 minggu dan praktek selama 3 minggu. Angkatan saya ada 11 orang, saya nanti ditempatkan di Aichi,”
ujarnya.
—