
Di tengah perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (2/9/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan masih di bawah bayang-bayang sentimen negatif. IHSG pada Senin (1/9/2025) mengalami pelemahan sebesar 94,43 poin atau 1,2%, berakhir di level 7.736,07, sementara pada satu titik mencapai level 7.547.
Analis dari Phintraco Sekuritas menyatakan pelemahan ini sebagian besar disebabkan oleh kekhawatiran terkait keamanan dan politik dalam negeri. Namun, muncul juga aksi bargain hunting pada saham yang harga sahamnya telah turun cukup dalam.
“Naiknya harga emas global membantu mendorong pembelian saham pada sektor komoditas emas. Sementara itu, sektor teknologi mengalami koreksi terbesar,” kata Phintraco Sekuritas dalam pernyataannya yang dirilis Selasa (2/9/2025).
Dari sisi teknikal, indikator MACD dan Stochastic RSI belum menunjukkan adanya potensi pembalikan arah. Namun, dengan Stochastic RSI di area oversold dan adanya akumulasi pembelian di level support, hal ini menunjukkan potensi terjadinya technical rebound. Jika IHSG mampu bertahan di atas level 7.780, maka peluang untuk rebound akan lebih besar, dengan perkiraan fluktuasi pada kisaran 7.550-7.780.
Perkembangan situasi keamanan dan politik dalam negeri serta fluktuasi rupiah masih menjadi faktor yang berpengaruh terhadap IHSG.
Di sisi ekonomi, data menunjukkan indikator yang solid. Indeks PMI manufacturing naik ke level 51,5 dari 49,2, mencapai level tertinggi sejak Maret 2025, dan memasuki area ekspansi setelah lima bulan berkontraksi. Neraca perdagangan Juli 2025 menunjukkan surplus sebesar US$ 4,18 miliar, lebih tinggi dibandingkan US$ 4,11 miliar pada Juli 2024. Inflasi Agustus 2025 menurun menjadi 2,31% YoY dari 2,37% pada periode yang sama tahun lalu, sejalan dengan deflasi 0,08% MoM. Tingkat inflasi ini masih dalam batas target BI sebesar 1,5% YoY-3,5% YoY.
Phintraco Sekuritas merekomendasikan investor untuk mempertimbangkan membeli saham BBTN, ICBP, ENRG, RAJA, dan SMGR.